
Mengunjungi Bromo tanpa sunrisenya yang cantik juga tak kalah asik
Kayaknya nih ya, 99% persen orang yang wisata ke Gunung Bromo itu pasti mengejar sunrisenya yang terkenal cantik. Kalau enggak mengejar sunrise ya ke kawahnya lah. Karena dua hal itu memang menjadi daya tarik utama Bromo. Tapi nih, saya pernah ke Bromo tanpa mengejar sunrise dan tanpa mengunjungi kawahnya. Trus ngapain dong?
Jadi ya, sekitar bulan Agustus 2015 lalu saya dan teman-teman saya Nevy Elysa, Dhede Wantah, Wahyu Basuki dan Tieky Kristian melakukan perjalanan panjang mengeksplor daerah Lumajang, Probolinggo dan sekitarnya di Jawa Timur. Bromo kebetulan merupakan destinasi di hari terakhir sebelum besoknya kami kembali ke Jakarta. Ceritanya nih, kami sudah merencanakan bangun subuh lalu meluncur ke Bromo untuk mengejar sunrise. Tapi yah rencana tinggal rencana. Karena kami sudah tua kecapekan maka kami engga bisa bangun!
Badan rasanya sakit semua. Jangankan bangun, niat bangun aja engga ada. Akhirnya kami lanjut tidur dan baru bangun sekitar jam 05.00. Dari Probolinggo kami baru berangkat jam 05.30 dan sampai di Bromo sekitar jam 06.30 pagi. Rupanya pas kami kesana itu, Bromo lagi penuh-penuhnya dan macet panjang karena long weekend. Kami sempat menunggu lama karena jeep pesanan kami terjebak macet.

Destinasi pertama kami adalah Pura Luhur Poten yang terletak di lautan pasir kaki Gunung Bromo. Pura Luhur Poten merupakan Pura suci Umat Hindu Suku Tengger. Sering juga Umat Hindu dari daerah lain berkunjung dan melakukan persembahyangan di pura ini. Sayangnya saya sedang tidak bisa sembahyang, jadilah saya hanya foto-foto saja. Pura Luhur Poten sangat cantik dengan latar belakang Gunung Batok.
Dari Pura kami melanjutkan perjalanan ke Bukit Teletubbies. Bukit Teletubbies ini adalah daerah padang savanna di Bromo. Ketika musim hujan, padang ini akan ditumbuhi rumput hijau sehingga menjadikannya mirip bukit di film Teletubbies. Waktu kami kesini di Bulan Agustus padang rumputnya mengering berwarna coklat karena sudah masuk musim kering. Tapi pas banget kami kesini cuacanya lagi ciamik. Langitnya biru banget kayak di photoshop. Dipadu dengan padang rumput yang berwarna coklat, jadilah pemandangan spekta deh.

Trus kami ngapain? Ya foto-foto lah. Foto landscape, foto gaya lompat, pokoknya semua gaya yang lagi kekinian kami cobain. Panas-panasan, debu-debuan dijabanin demi foto layak pamer. Hahaha 🙂


Udah capek foto lompat-lompatan di Bukit Teletubbies, kami bergerak ke Pasir Berbisik. Di tengah jalan kami sempet berhenti karena kami menemukan spot yang (menurut kami) keren. Foto-foto lagi lah ya.



Pasir Berbisik ini adalah lautan pasir yang dulu merupakan lokasi film Pasir Berbisik yang dibintangi Dian Sastro. Pada tau kan filmnya? Nah, kalau kamu lagi ke Bromo boleh banget foto-foto disini. Karena waktu itu Bulan Agustus dan besoknya 17 Agustus 2015, kita foto-foto dengan properti bendera merah putih hasil minjem pengunjung lain dan juga banner kecil bertuliskan ‘You Should Be Here’ kepunyaan Dhede Wantah. Eh ada yang tau engga sih dimana beli banner kayak gitu? Kalo ada yang tau kasi tau yaa
Nahh…begitu deh pengalaman saya ke Bromo tanpa melihat sunrise dan pergi ke kawahnya. Engga Seru? Ah, seru seru aja kok. Justru saya lebih menikmati karena badan sudah enak sehingga energi buat makan jalan-jalan sudah kembali full. Lagian perjalanan itu intinya untuk dinikmati bukan?
Kalau kamu mau tahu destinasi lain di Bromo selain melihat sunrise dan ke kawahnya, baca aja nih tulisannya guru menulis saya mas Teguh Sudarisman disini tentang pengalamannya mendaki Gunung Batok. Dijamin pasti pengen.
Ada yang mau nambahin?

Leave a reply to Made Wahyuni Cancel reply