Berwisata ke Faunaland dan Segarra Ancol

Saya sudah lama tidak mengunjungi Ancol. Terakhir yang saya ingat itu pernah sepedaan pagi-pagi di Ecopark. Tapi lupa tahunnya. Pokoknya sudah lama banget deh.  Nah di Bulan April 2021 lalu saya mencoba “memberanikan diri” berkunjung ke Faunaland Ancol. Alasan saya memilih Faunaland Ancol adalah karena memenuhi kriteria tempat wisata saya selama masa pandemi COVID-19. Pertama tempatnya outdoor dan kedua melihat dari beberapa review yang beredar kayaknya tidak banyak juga orang yang berkunjung kesana. Jadilah saya dan suami mengajak Piya melihat Singa Putih di Faunaland Ancol.

Ya namanya juga pergi mengajak anak yakan. Rencana mau jalan dari pagi tapi terhalang urusan ini itu. Jadilah kami sampai di Faunaland jam 11 siang dan disambut panas teriknya Ancol. Oh iya kalau mau ke Faunaland atau masuk ke Ancol jangan lupa beli tiketnya secara online dulu ya. Bisa di websitenya Taman Impian Jaya Ancol atau melalui aplikasi seperti Traveloka yang biasanya menawarkan diskon tiket masuk Faunaland. Harga tiket masuk Ancol itu adalah 25.000/orang dan tiket mobil 25.000. Tiket masuk Faunalandnya sendiri adalah sebesar 75.000/orang. Faunaland buka dari jam 9 pagi hingga jam 4 sore. Jadi bisa diatur-atur ya waktunya kalau mau kesini.

Ademm……

Faunaland ini adalah semacam kebun binatang mini yang berlokasi di Allianz-Ecopark Taman Impian Jaya Ancol. Berdiri di lahan seluas 5 hektar, Faunaland memiliki koleksi sekitar 109 satwa. Tentu jauh ya kalau dibandingkan dengan Taman Margasatwa Ragunan yang luasnya mencapai 147 hektar dengan koleksi 2.101 satwa. Tapi yang beda Faunaland ini mengusung konsep alam Papua sekaligus memadukan benua Asia dan Australia. Tempatnya teduh. Lumayan sih bisa menahan teriknya Kota Jakarta ya walaupun kegerahannya tidak bisa dibendung sih.

Faunaland ini berdiri hasil dari cita-cita Danny Gunalen yang merupakan seorang Herpetologi (Herpetologi adalah cabang ilmu zoologi yang mempelajari kehidupan reptilia dan amfibia) kenamaan Indonesia untuk membuat kebun binatang bertema “Timur Indonesia”. Ngomong-ngomong ya, Bapak Danny Gunalen ini berhasil menemukan subspecies baru dari ular gunung yaitu Trimeresurus Gunaleni di tahun 2007. Canggih ya beliau. Oke lanjut ceritanya.

Setelah menukarkan e-ticket kami langsung masuk Faunaland. Pertama masuk kami dikejutkan oleh suara keras dari si Siamang Albino yang teriak-teriak sambil bergelayutan di kandangnya. Suaranya lumayan menggema ke seluruh area Faunaland. Selain Siamang Albino ini mungkin satwa yang terkenal di Faunaland adalah si Singa Putih. Pengunjung banyak yang mengerubungi kandang si Singa Putih ini. Selain itu ada Kambing Gunung, Keledai Mini dan juga Tapir. Satwa-satwa di Faunaland ini juga terbilang unik-unik.

Singa Putih Faunaland
Keledai Mini

Di Faunaland ini kamu juga bisa mencoba Safari Cruise yaitu naik perahu menyusuri sungai. Tapi atraksi ini sangat ramai peminat. Jadi siap-siap aja antri ya. Buat kamu yang males antri bisa juga mencoba foto bersama burung di Pulau Burung. Seru sih fotonya. Yah bisalah kayak ala ala di Bali Safari Park. Hehehehe. Karena kami membawa anak kecil, tepat jam 12 siang kami melipir ke tempat istirahat yang disediakan. Enak juga santai-santai disini. Adem dan anginnya sepoi-sepoi.

Sekitar jam 1 siang kami menyudahi kunjungan kami di Faunaland untuk makan siang. Faunaland ini bisa menjadi alternatif tempat wisata di Jakarta. Tempatnya ramah anak dan bisa bawa stroller lagi. Tapi memang untuk satwa satwa yang menjadi primadona seperti Singa Putih kita harus bersabar menunggu kerumunan pengunjung karena kandangnya paling ramai.

Melipir ke Segarra Ancol

Kalau lagi ke Ancol rasanya sih pengen mengeksplor semua tempat. Karena di Ancol ini banyak banget atraksi wisatanya jadi sayang banget kalo engga dimanfaatin. Piya anak saya itu belum pernah ke pantai pemirsa. Jadi saya dan suami mau mengenalkan ceile Piya dengan pasir pantai. Ke Ancol dululah ya sebelum ke Bali. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya selepas makan siang kami melipir ke Segarra Ancol.

Segarra Ancol ini emang dulu sempet heits banget pemirsa. Sempet mendapat julukan Balinya Ancol. Kalau melihat-lihat fotonya sih memang bagus ya. Untungnya pas kami kesana enggak terlalu rame. Mungkin efek pandemi COVID-19 juga kali ya. Kami sampai di Segarra sekitar jam 3 sore. Ternyata tempat duduk yang di outdoor sudah full. Jadi kami dapat tempat duduk indoor. Sempat sedih sih kayak enggak seru gitu duduk di tempat duduk indoor. Tapi akhirnya kami enggak jadi nyesel. Karena makin sore itu anginnya makin kenceng dan dingin. Secara kami bawa balita yakan.

Di Segarra ini kami enggak ngapa-ngapain sih. Cuma duduk-duduk aja sambil ngajak Piya main pasir. Untungnya si Piya ini engga jijikan anaknya. Pas sepatunya dilepas terus kakinya menginjak pasir dia gak histeris atau gimana. Ah bagus nak, itu baru anak Ibu. Hehehehehe. Tapi agak sedikit kecewa sih. Pantainya kurang bersih. Ada sampah-sampah gitu. Enggak lama sih si Piya main di pantainya. Habis itu dia langsung saya pindahin main di lapangan rumputnya Segarra. Yah lumayanlah ya nongkrong di Segarra Ancol ini. Sekitar jam 7 malam kami akhirnya pulang meninggalkan Ancol yang entah kapan kami datangi lagi.

Cita-cita saya ingin mengajak Piya ke Sea World Ancol. Tapi nantilah ya setelah COVID-19 ini menghilang. Oh iya, kamu ada rekomendasi tempat wisata outdoor yang ramah anak kecil? Mau dong.  

Leave a comment